Kita Tak Pernah Tahu, Kapan Bertemu & Kapan Berpisah

foto by @kaniadevie , quote by Jenny Han
from “It’s Not Summer Without You”

Nenek gue, yang biasa kita panggil Emak, sudah meninggal 19 tahun yang lalu. Tapi setiap ada apa-apa sama salah satu om gue, dia suka “datang” ke mimpi nyokap. Ngga hadap-hadapan. Tapi duduk, ngebelakangin nyokap.

Selalu posisi duduk di bangku yang sama. Pakai kebaya. Sama persis dandanan nenek gue di mimpi dengan keseharian dia dulu. Rambut di sasak dikit dan dijepit bagian pinggirnya.

Nyokap pun, ngaku, pernah sekali waktu nenek gue ngga dateng di mimpi. Tapi dateng langsung. Iya langsung. Tapi posisinya sama seperti di mimpi.

Bersuara tapi di kepala nyokap. Ngga bener-bener kaya kita, manusia ngomong satu sama lain.

Sampai sekarang, gue ngga tahu nyokap serius lihat betulan nenek atau itu juga mimpi.

Tapi bukan itu yang mau gue bahas. Dalam cerita ini gue juga ngga bermaksud mengajak orang-orang mikir hal yang mistis. Tapi, cuma mau cerita hubungan ibu dan anak.

Gue terpikir. Anak mau berapa pun usianya, mau dia dan Ibunya dekat atau ngga, nurut atau suka bertengkar ngga dengan ibunya… Ternyata sampai kapan pun, buat ibunya dia anaknya. Harus dijaga dan diperhatiin.

Walau gue selalu heran, kenapa nenek gue mau repot-repot ingetin anaknya, misal nyokap gue buat cek kondisi om gue.

Tapi itulah. Kalau kata orang hati wanita lebih dalam dari samudra. Nah, menurut gue, kasih ibu, juga ngga akan bisa diukur sejauh mana luas dan dalamnya.

Di jelang akhir hayat nenek gue dulu, dia serumah dengan om gue itu. Mungkin banyak hal atau kisah yang kita, anak dan cucu hinggat cicitnya ngga tahu.

Pastinya, gue dan nyokap tahu, seberapa besar perhatian nenek gue ke anak laki-lakinya itu.

Nah, tahun lalu gue dan nyokap mimpi soal om gue. Kita sama-sama ngga lihat nenek. Tapi, kita seolah kaya dikasih tahu kalau om gue lagi ada masalah. Terus bener aja, ada kejadian kurang baik.

Gue ngomong ke diri sendiri. Kok tumben nenek gue ngga muncul. Kalau ke gue, mungkin karena gue takut ya, hehe. Tapi kasih kode ke nyokap juga enggak kali ini.


Kemudian bulan berganti dan kita sudah di awal 2021. Baru berganti tahun. Tiba-tiba om gue yang adik nyokap telp, kasih kabar. Kalau om gue yang satu lagi, yang selalu dipantau nenek gue, udah berpulang.

Seketika gue inget, beberapa hari sebelumnya ada kupu-kupu yang datang dan hinggap di dapur. Diem aja dua hari, ngga pergi. Kaya numpang tidur. Pas lihat kupu-kupu itu, nyokap keingat om gue. Tapi orangnya ngga berkunjung ke rumah.

Lalu hari Minggu lalu nyokap bilang, dia mimpi ada di keramaian. Tapi nyokap ngga tahu, ada apa di situ.

Sampai hari ini, selang sehari, kita sekeluarga dapat kabar duka.

Dalam hati gue berpikir. Mungkin nenek gue udah tahu ya, mungkin. Allahu alam juga yah. Tapi jika iya, mungkin di dunia sana, nenek gue udah tahu, salah satu anaknya, yang selalu dia perhatiin itu udah mau pergi.

Mungkin alih-alih minta anak-anaknya yang lain buat ngejagain, kali ini nenek gue percaya keturunannya akan saling bantu tanpa dikasih pertanda.

Dan nenek gue tinggal menunggu, sampai anak laki-lakinya itu kembali ke pelukan dia lagi.

N.B:
(tulisan ini di update kembali 24 Januari 2021)

Dari nenek dan om saya, diri ini belajar bahwa ada hal lain yang juga terasa menyakitkan, seperti halnya perasaan saat kita menjadi orang yang ditinggalkan. Misalnya, perasaan saat kita tahu tak ada lagi waktu tersisa di dunia ini. Saat kita harus meninggalkan orang-orang terkasih kita tanpa sempat berpamitan.

Semoga pintu maaf dan doa mengiringi kepergian om kami.
Ttd

– DKA –

Song : Alone Again

Leave a comment