Persepsi antar generasi, gender, hingga antar manusia terkait permintaan maaf dan memulai kembali ternyata sangat berbeda.
Ada pihak yang menilai, “Ya iyalah buat apa dibahas yang dulu-dulu. Yang terpenting masa kini”.
Sementara ada pihak lainnya, yang justru merasa “Jika ingin kembali, jika ingin membuat semua hal menjadi harmonis, kenapa begitu sulit menjelaskan yang lalu? Salah paham ini tidak semestinya dilanjutkan di masa depan. Kenapa memilih kembali, jika tak sanggup menurunkan ego?”
Continue reading “Definisi “Maaf dan Ayo Memulai Kembali””