(Batas Akhir) Pilihan
Andaikan semua pilihan memiliki batas akhir, layaknya batas kadaluarsa makanan. Dapatkahkita hidup seperti itu?
Setiap hari yang kita jalani penuh dengan pilihan. Sejak bangun tidur hingga malam hari saat kita akan memejamkan mata. Itu semua pilihan.
Rasa ?
Kau adalah pecinta buah yang tak pernah ragu mencicipi berbagai rasa.
Sementara aku terjebak dengan sensasi manis dan asam yang diberikan strawberry.
Aku tak mencari yang termanis, karena ku merasa dua rasa berpadu lebih memikat.
Puisi : Hujan
Hujan selalu membawa rindu, entah apa.
Hujan selalu membawa aroma, entah apa.
Hujan selalu membawa cerita, entah apa.
Tentang Kesempatan, Mimpi, & Kebahagiaan
Apakah kamu pernah berharap tentang kesempatan? Seberapa banyak kesempatan yang kamu dapat hingga saat ini? Tahukah, walaupun kita ‘tak pernah bermimpi, atau bahkan berangan-angan sekalipun. Kesempatan akan tetap datang, apabila sudah tersurat.
Saya sendiri memiliki banyak angan. Beberapa diantaranya ada yang terkabul dan tentu saja, ada juga yang tidak terwujud. Tapi, terkabul atau tidak, ‘tak pernah menjamin hasil yang baik.
Kebebasan (?)
Sebagian orang kerapkali menutupi getir dengan tawa. Dan sisanya, mungkin terlalu terbuka.
Sebagian orang hidup dengan mengejar mimpi. Sementara ada juga yang belum menemukan impian. Dan beberapa lainnya, mungkin dipaksa atau terpaksa membuang mimpinya.
Kebahagiaan (?)
“Loe lebih milih kebahagiaan atau ketenangan?”
Entah apa yang melatarbelakangi, saya sungguh lupa. Namun, pertanyaan di atas pernah meluncur dari mulut saya, beberapa tahun lalu.
Penasaran terhadap jawaban teman-teman saya-tepatnya penasaran siapa yang sepaham. Haha. Jadi, saya iseng menanyakan ke satu persatu teman dekat saya.
Ada yang menjawab kebahagiaan.
Ada yang menjawab ketenangan.
Kepada Tuan Tak Bernama
Kepada tuan tak bernama,
Ini bukan kisah yang indah
Bukan juga kisah jenaka yang menghibur lara
Ini hanyalah sandiwara
Kepada tuan tak bernama,
Dengarkanlah suara-suara
Mimpi tak akan padam
Walaupun gelombang asa tlah tiada
One Day…
Betapa mahalnya harga “kedewasaan”.
Dunia yang dulu terlihat kecil, kini tampak sangat luas. Wajah bahagia berganti wajah menanggung penderitaan. Tawa jernih berganti menjadi suara derit yang menyakitkan.
Siapa yang bisa kupercaya?
Siapakah yang tak patut kupercaya?
Bagaikan sebuah lelucon, ketika kita mengira telah menemukan orang yang tepat. Namun, tak lama ia menyakiti dan menghianati kita. Atau mungkin… kita sendiri lah yang “mengacau”. Kita selalu mencari dan mencari.
Juni (Untukmu)
Baiklah, terkadang saya benci bulan Juni.
Jantung saya selalu berdesir mengingat kejadian di hari ini, di bulan Juni (tepat bertahun-tahun yang lalu).
Hari kepergiaannya. Orang kedua yang saya sayangi setelah ibu.